ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.
Istilah abortus dipakai
untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan.
Berdasarkan variasi
berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu
hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20
minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena
beberapa sebab, yaitu :
· Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan
ini adalah
a. Kelainan
kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan
sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh
teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
· Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili
korialis karena hipertensi menahun
· Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia
berat, keracunan dan toksoplasmosis
· Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi
serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan
kelainan bawaan uterus.
Patogenesis
Pada awal
abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu,
villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu
daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
Manifetasi
Klinis
- Terlambat haid atau amenore kurang dari 20
minggu.
- Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak
lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut
nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
- Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya
jaringan hasil konsepsi
- Rasa mulas atau keram perut di daerah atas
simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
- Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak
jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah
tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai
atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak
nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan
Penunjang
- Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup,
bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
- Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan
apakah janin masih hidup
- Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed
abortion
Komplikasi
- Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
- Pada missed abortion dengan retensi lama hasil
konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.
B. JENIS –JENIS ABORTUS
Diagnosis
Berdasarkan
keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :
1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan
kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan
dilatasi serviks.
3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin
dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genetalia
disebut abortus infeksiosa
4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah
keluar dari uterus
5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu,
tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Proses abortus dapat berlangsung spontan
(suatu peristiwa patologis), atau artifisial / terapeutik (suatu
peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).
Abortus spontan diduga disebabkan oleh :
- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)
Abortus spontan diduga disebabkan oleh :
- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus
imminens, abortus insipiens, abortus inkomplet dan abortus komplet.
- Abortus
Iminens
Abortus imminens adalah
peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks
masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai
kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu
singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan
ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan
janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung
janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin
sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan /
tindakan.
Penatalaksanaan
· Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
· Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan
tiap empat jam bila pasien panas
· Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
· Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
· Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
· Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
- Abortus
Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa
terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks terbuka.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
· Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
· Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus,
disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg
intramuskular.
· Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi
uterus sampai terjadi abortus komplit.
· Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
- Abortus
Inkomplit
Abortus inkompletus
adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
· Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis
atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
· Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular
· Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
· Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
- Abortus
Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
Penatalaksanaan :
· Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
· Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi
darah
· Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
· Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
- Abortus
Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4 minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu ?).
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksaan :
· Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan
cunam ovum lalu dengan kuret tajam
· Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
· Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan
gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator
Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret
tajam.
· Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg
lalu infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per
menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan
sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah
pasien istirahat satu hari.
· Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi
dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
- Abortus
Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang
terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau awam). Bahaya terbesar adalah
kematian ibu.
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit
· Penanggulangan infeksi :
- Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000
IU intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral
selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
- Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral
selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
- Obat pilihan lainnya : ampisilin dan
kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan gentamisin,
penisilin dan gentamisin.
· Tingkatkan asupan cairan
· Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
· Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat
lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
- Abortus
terapeutik
Dilakukan pada usia
kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan / indikasi kesehatan wanita
di mana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya pada
wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban perkosaan
(masalah psikis). Dapat juga atas pertimbangan / indikasi
kelainan janin yang berat.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri
pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama
10 hari :
Di rumah sakit :
· Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
· Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
· Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan
cairan
· Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
· Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
· Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
· Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan
pengangkatan sumber infeksi
· Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang
tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus,
kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas
PRINSIP
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE
2. Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan,periksa dengan USG
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE
2. Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan,periksa dengan USG
3. Jangan terpengaruh
hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipun janin sudah mati, B-HCG
mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin.
C. DIAGNOSTIK
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal
HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA
keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika
memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari
jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium ?
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan
penunjang (ambil sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan
letak uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke
dalam ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi
serviks). Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa
atau tanda akut lainnya.
D. TEKNIK PENGELUARAN SISA ABORTUS
Pengeluaran jaringan
pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi),
jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan
posisi dan ukuran uterus.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar
yang bisa masuk.
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun
kuret
Pertimbangan
Kehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin (misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit trofoblastik gestasional ganas / PTG).
Kehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin (misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit trofoblastik gestasional ganas / PTG).
Faktor risiko /
predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit gh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit gh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
Penatalaksanaan pasca
abortus
Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).
Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).
0 komentar:
Posting Komentar